Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

Mencari Bisnis Online?
Link

Monday, 1 November 2010

Menanti Sekolah Vokasi (Versi UGM)

Edisi 84/V/21 Juli 2009




Yogya, KU


Banyak orang bertanya-tanya tentang Program Diploma di UGM. Pertanyaan itu bukan menyangkut lulusannya, melainkan tentang umurnya. Apakah Program Diploma UGM akan segera dihapus mengingat UGM sudah lama mencanangkan menjadi perguruan tinggi riset yang bertaraf internasional?
Rupanya UGM sudah menyiapkan rencana lain untuk Program Diploma di UGM. Ini bisa dilihat dari petikan sambutan Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D, saat mewisuda lulusan Program Diploma UGM Februari 2008 lalu."Di banyak negara telah menetapkan program berbasis keterampilan, yang di Indonesia dikenal sebagai Program Diploma. Di tahun 2008, program ini segera ditetapkan dengan pencirian nama vokasi. Hal ini tentu akan memberi akses luas bagi pengembangan sumber daya manusia Indonesia sesuai andalan program negara ke masa depan".


Pernyataan ini menunjukkan bahwa
Program Diploma UGM akan berganti nama menjadi Sekolah Vokasi. Kalau kelak ini menjadi kenyataan, tentu ia akan meneguhkan UGM sebagai penganut konsep yang universal. Sebab, seperti disebut Pak Djarwadi, Sekolah Vokasi merupakan sekolah yang telah dikenal baik secara internasional. Di beberapa negara maju, Sekolah Vokasi menjadi andalan bangsa untuk berhasil membangun sistim kerja yang sukses memasuki persaingan global.
"Dengan program berbasis keterampilan kerja atau program vokasi, banyak negara berhasil membangun ekonomi mereka, dan di lapangan kerja diisi tenaga-tenaga vokasi berilmu pengetahuan," tambah Pak Djarwadi.
Proses Panjang


Menuju Sekolah Vokasi merupakan sebuah proses panjang. Proses itu menyangkut perubahaan pengelolaan, dari yang semula dikelola fakultas menjadi universitas. Juga perubahaan proses pembelajaran. Sebab, proses pembelajarannya diharapkan menghasilkan lulusan yang siap pakai. "Nah proses perubahan sesungguhnya sudah berjalan beberapa waktu lalu, tepatnya lebih dari tiga tahun. Dalam proses tadi, telah dibentuk beberapa tim. Tim I (pertama) adalah menyiapkan konsep perubahan, baik dari segi kelembagaan, struktur organisasi maupun substansi. Kebetulan ketuanya saya, sekretaris Mas Wikan dari Diploma Teknik. Setelah draf konsep jadi, kemudian dibentuk tim lagi untuk melakukan sosialisasi draft konsep tersebut. Tim sosialisasi ini lantas dibalik, ketua dari Diploma Teknik, sekretaris dari Diploma Ekonomi. Kebetulan saja dari ekonomi dan teknik, karena keduanya memiliki sejarah tersendiri dan telah mempunyai dosen tersendiri," ujar Ketua Pengelola Diploma Ekonomi UGM, Dr. Fahmi Radhy, MBA.
Menurut Pak Fahmi, selanjutnya, draf konsep perubahan tersebut disampaikan kepada Rektor UGM waktu itu, Prof. Dr. Sofian Effendi, untuk diajukan ke Senat Akademik. Dalam draf usulan tersebut, nama yang diusulkan Sekolah Ilmu Terapan (SIT). Yaitu, konsep sekolah yang menyelenggarakan pendidikan jenjang D-1, D-2, D-3 sampai D-4. Bahkan sampai level pendidikan S-2 dan S-3, yang disebut sebagai spesialis satu dan spesialis dua.
"Lantas sebelum memutuskan, SA mengadakan lokakarya di Balai Senat. Rumusan-rumusan dan masukan-masukan dibahas oleh SA. Terkait proses pelembagaan nampaknya sudah diputuskan di sidang Pleno SA. Hanya saja nama yang kemudian berubah, jika usulan awal SIT maka berubah menjadi Sekolah Vokasi," lanjut Pak Fahmi.


Sekolah Terminal
Substansi perubahan yang lain, jika mengacu kepada UU Sistem Pendidikan Nasional, maka penyelenggaraan Sekolah Vokasi meliputi jenjang D-1 sampai D-4. Namun tidak sampai program spesialis satu dan spesialis dua. "Disamping sesuai peraturan yang berlaku, pertimbangan SA waktu itu, saat ini banyak fakultas-fakultas yang menyelenggarakan pendidikan semacam itu. Taruhlah misalnya di ekonomi, ada MM, MEP, MAKSI, itu kan termasuk S-2 profesi. Mestinya kalau itu berdiri maka akan diambil. Kalau itu terjadi kanberarti akan terjadi friksi atau menimbulkan resistensi, sehingga keputusan SA UGM secara eksplisit mengatakan namanya Sekolah Vokasi menyelenggarakan pendidikan D-1, D-2, D-3 dan D-4, yang sifatnya terminal. Artinya ambil D-1 selesai, ya sudah selesai D-1. Tidak bisa melanjutkan D-2, D-3 atau bahkan D-4," terangnya.


Tahap Transisi
Seperti dituturkan Wakil Rektor Senior Bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Prof. Dr. Retno S. Sudibyo, M.Sc., Apt, meski siap berdiri, Sekolah Vokasi nampaknya masih dalam tahapan pemetaan, yaitu pemetaan program-program studi dan sarana dan prasarana, serta potensi-potensi untuk pelaksanaan administrasinya. Ia masih tahap persiapan. "Mestinya nanti kanada administrasi yang terpisah. Tentunya, mereka juga sedang melakukan pemetaan SDM administrasi dan SDM untuk pengajarnya sendiri," jelas Bu Retno.
Dalam tahap ini, kata Bu Retno, dilakukan pembentukan tim yang akan mempersiapkan berdirinya Sekolah Vokasi dan pengelolanya, serta memikirkan letak lokasi kampusnya. UGM sendiri saat ini sedang membahasnya. Terutama terkait untuk kebutuhan-kebutuhan praktikum. Karena beberapa program studi pendidikan vokasi membutuhkan ruangan yang luas untuk praktikumnya.
"UGM pun sedang memikirkan kampusnya di mana? Itu kanharapannya bisa terpusat nantinya. Meski begitu, dalam pelaksanaan pendidikannya tidak ada yang berhenti, tetap jalan," lanjut Bu Retno.
Menurut Bu Retno, salah satu kendala krusial yang dihadapi saat ini adalah terkait pemisahan di bidang SDM. Fakultas diharapkan merelakan kepindahan status mereka di Sekolah Vokasi. "Karena bagaimanapun selama ini, mereka itu sebagian besar masih menjadi SDM-nya fakultas," ujarnya lagi. 


(Wawancara dan penulisan Agung; editing: Abrar)
  • Share
  • [i]

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Get Free Gadgets from Xpango - click here
KumpulBlogger
Adsense Indonesia
Get Free Domain at Co.cc - click here
adf.ly - shorten links and earn money!