Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

Mencari Bisnis Online?
Link

Monday 1 November 2010

Problematika SEKOLAH VOKASI...

Vokasi... Vokasi... Sekolah Vokasi....
Inilah isu yang kerap muncul di kalangan Program Studi Diploma (D3). Yang bahkan sampai tulisan ini di buat, belum ada kejelasan sama sekali mengenai status Program Studi Diploma ini (terutama di kampusku, DTS), apakah sudah benar-benar menjadi Sekolah Vokasi, atau masih merupakan bagian dari Fakultas?? Jika telah menjadi Sekolah Vokasi, mana Program D4-nya?? yang katanya akan menggantikan S1 ekstensi yang udah di tutup. Jika masih bagian dari Fakultas, kenapa gak bisa lanjut ke S1 ekstensi?? bla..bla..bla... Masih banyak lagi permasalahan-permasalahan yang lainnya.
Malah yang lebih disayangkan, yaitu :

"Meskipun masih menyisakan sejumlah masalah, pendaftaran Program Piploma Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada tetap berlangsung(KOMPAS, Rabu, 8 Juli 2009)"
Dimanakah sisi kematangan perencanaan Sekolah Vokasi UGM??
Menurut versi UGM,
"Sekolah Vokasi adalah Lembaga Pendidikan Diploma sebagaimana dimaksud dalam Anggaran Rumah Tangga UGM yang merupakan pelaksana akademik sederajat dengan politeknik yang menyelenggarakan Program Pendidikan Vokasi dan/atau Pendidikan Profesi mencakup Program Diploma pada jenjang D1, D2, D3, dan D4 yang bersifat terminal."
Maksudnya bersifat terminal? Bahwa sekolah ini didesain bukan untuk melanjutkan ke jenjang S1. Dengan bersifat terminal artinya pendidikan yang ditawarkan berakhir pada jenjang yang bersangkutan, misalnya mahasiswa D3 di UGM hanya akan mendapatkan ijazah D3 saja di UGM, tidak diperkenankan sampai pada tingkat Diploma sebagaimana tujuan Sekolah Vokasi, menciptakan Ahli Madya yang handal.


Kenyataannya, menciptakan Ahli Madya yang handal bukan satu-satunya tujuan pembentukan Sekolah Vokasi. Ada banyak pendapat tentang diberlangsungkannya pembukaan sekolah yang bersifat terminal ini. Berbagai pro dan kontra mengalir diantaranya. Ada yang setuju dan tidak sedikit pula yang menolak mentah-mentah eksistensi sekolah ini, yang dinilai dapat mematikan kesempatan anak bangsa untuk mendapatkan pendidikan lebih tinggi.
"Kita mau belajar kok malah dibatasi", kata salah seorang teman saya.
Maksud UGM mendirikan Sekolah yang cukup menuai kontra di kalangan mahasiswa Diploma 3 ini menjadi dipertanyakan. Apalagi, belakangan ini berhembus kabar bahwa pembentukan Sekolah Vokasi merupakan implikasi nyata status Badan Hukum Pendidikan (BHP) yang disandang UGM. Kabar tersebut bersesuaian dengan ketentuan yang termaktub dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 bahwa status BHP-nya membenarkan UGM menempuh cara tertentu untuk mendapatkan dana operasionalnya, termasuk dengan mendirikan ‘cabang pendidikan’ atau program perkuliahan baru seperti Sekolah Vokasi contohnya.


Pencanangan UGM sebagai perguruan tinggi riset internasional dan motif ekonomi menjadi dasar pertimbangan dipercepatnya pembukaan sekolah yang akan dikelola terpisah dari manajemen fakultas ini. Aspek psikologis mahasiswa maupun calon mahasiswa Program Diploma tidak lagi menjadi sesuatu yang dikhawatirkan (karena memang sejak awal UGM tidak mengkhawatirkan mereka). Percaya atau tidak, penolakan mahasiswa terhadap pembentukan Sekolah Vokasi diabaikan. Penggunaan nama besar UGM dijadikan daya tarik sempurna untuk mendapatkan calon tenaga kerja siap pakai untuk menghadapi globalisasi yang menghadang. Rumor mengenai komersialisasi sekolah yang menghentikan langkah mahasiswa Program Diploma untuk meraih pendidikan di jenjang yang lebih tinggi di Universitas Kerakyatan kita ini menjadi santer terdengar. Komersialisasi? Bisa dikatakan demikian saat UGM sebagai institusi pendidikan tinggi hanya fokus pada tujuan menciptakan Ahli Madya yang handal dengan Sekolah Vokasi-nya yang bersifat terminal, yang membatasi kesempatan mendapatkan Pendidikan Sarjana. Dengan demikian, seolah-olah UGM bermaksud mengikuti perkembangan liberalisasi pendidikan demi memenuhi tuntutan pasar global, menciptakan mesin-mesin pekerja dan mendapatkan ‘imbalan’ atas upaya penciptaannya tersebut, serta mengabaikan esensi utama dari tujuan suatu institusi pendidikan yang mulia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia.


Dan diatas itu semua, Kami Mahasiswa DTS, yang telah bosan mendengar janji-janji manis para punggawa UGM, akan memulai suatu aksi yang akan mengubah nasib kami sendiri khususnya, dan insyaalaah nasib semua diploma lainnya. Yaitu menuntut kejelasan program D4 dan memang harus dibuka sesegera mungkin! Untuk itu mohon doa dan dukungan-nya demi kelancaran kegiatan ini.


D4 HARGA MATI!!!!
HIDUP DIPLOMA!!!

  • Share
  • [i]

4 comments:

  1. wuih sungguh kritis sekali saudara..
    Semoga harapan saudara dan rekan rekan UGM dapat direalisasikan.. aminn

    ReplyDelete
  2. yahh... mungkin memang begitulah kira2 kejadian yang melanda program diploma.....
    and... thanks atas doa ny.....

    ReplyDelete
  3. insyallah dlm wktu dekat akan diadakan aksi lg....

    ReplyDelete
  4. klu bole tau sapa adminnya??
    sya jg mahasiswa DTS,,

    ReplyDelete

Popular Posts

Get Free Gadgets from Xpango - click here
KumpulBlogger
Adsense Indonesia
Get Free Domain at Co.cc - click here
adf.ly - shorten links and earn money!